Print

Pada artikel yang di tulis oleh  Bapak Iswadi Suhari di Kompasiana, yang penulis kutip di artikel sebelumnya, kita menemukan angka rendemen penggilingan lapangan yang di rilis resmi oleh BPS adalah sebesar 62.74%. Angka ini baru di pakai secara resmi pada tahun 2009, sebelumnya di pakai angka 65.99 % (Hasil Survei Susut Panen dan Pasca Panen Gabah/Beras tahun 2005-2007), 65% (Survey tahun 1987-1988) dan 63.2% (survey 1995-1996) .

Penulis tertarik untuk mengetahui angka konversi yang di pakai di negara lain. Wikipedia hanya menulis bahwa penggilingan yang bagus dapat menghasilkan angka 72% rendemen, sementara penggilingan yang tidak effisien sulit untuk mencapai angka konversi 60%. Berapa data aktual “paddy-to-rice conversion” ini di negara lain ?
 
Berdasarkan laporan yang di publish oleh ADB  dan study yang dilakukan di India, laporan riset Universitas Hokkaido Japan di Bangladesh mendapatkan angka konversi 63 – 66 % seperti grafik di bawah. Selain itu, buku di publikasikan oleh ADB, yaitu The Quiet Revolution in Staple Food Value Chains  menggunakan angka 65% sebagai angka konversi.
 
 
  
 
Perlu di ketahui angka 62.74 % ini tidak serta merta bisa di pakai untuk menentukan berapa produksi gabah yang bisa di pakai untuk konsumsi makanan.  Buletin Konsumsi Pangan terbitan Pusdatin Volume 5 No. 1 tahun 2014, mengurangkan lagi beras yang di hasilkan dengan angka 2.73% untuk penggunaan pakan, non makanan dan tercecer karena pengangkutan, penyimpanan dan lain lain.